Saturday, 26 February 2011

AQIQOH

Assalaamu ‘Alaikum Warohmatulloohi Wabarokaatuh(u).

Puji syukur Al-hamdulillah, kita panjatkan kehadirot Alloh Azza wa Jaalla atas limpahan rohmat, taupiq, hidayah dan inayah-Nya kepada kita semua, sehingga sampai pada saat ini kita masih tetap dalam keadaan iman, sehat, longgar bisa menetapi agama Islam yang haq, berdasarkan Al-Qur’an dan Al-Hadits. Sholawat dan salam, semoga tercurahkan kepada junjungan Nabi kita, yaitu Nabi Muhammad Shollallohu ‘Alaihi Wasallam, serta seluruh keluarga dan para sahabatnya, dan mudah-mudahan sampai juga kepada kita sekalian. Aamiiin.

Sebagai orang Islam, orang iman, orang jama’ah kita harus menyadari dan memahami, bahwa kita adalah manusia yang telah dipilih Alloh untuk dijadikan hamba-Nya yang beriman dan bertawa kepada-Nya, dijadikan kekasih-Nya. Di dunia ini kita dimuliakan, yaitu telah diberi kehidupan yang baik, yakni kehidupan yang serba halal dan barokah, dan mudah-mudahan kebahagian di dunia ini dapat mengantarkan kita kepada kebahagiaan yang abadi di akhirot nanti, aamiiin.

Oleh karena itu, maka kemuliaan ini harus kita pertahankan, yaitu dengan cara senantiasa meningkatkan keimanan dan ketaqwaan kita, yakni memperbayak bersyukur dan beribadah kepada Alloh Azza wa Jalla, dan semaksimal mungkin menghindari, menjauhi dan meninggalkan berbagai macam bentuk pelanggaran, kemaksiatan dan dosa, baik yang bersifat dosa kecil maupun dosa besar. Sebab sekecil apa pun perbuatan yang melanggar peraturan Alloh dan Rosululloh dapat berakibat dosa, dan sekecil apa pun dosa, di akhirot kelak sudah pasti akan ada siksanya.

Pada umumnya manusia, dan khususnya orang Islam, orang iman, lebih-lebin orang jama’ah yang faham tentu menyadari bahwa orang yang berbuat dosa itu pasti akan menanggung akibatnya, tetapi keinginan untuk melakukan perbuatan dosa itu terkadang sulit dibendung. Hal ini adalah disebabkan karena setiap manusia memiliki hawa nafsu, yaitu keinginan-keinginan yang selalu mengajak pada perbuatan buruk. Oleh karenanya Nabi Yusuf berjanji tidak akan mengumbar hawa nafsunya. Sebagaimana yang diungkapkan Alloh dalam Al-Qur’an, Surat Yusuf, No. Surat: 12, Ayat: 53, yang berbunyi:
Yang artinya: “Dan aku tidak membebaskan nafsuku (dari kesalahan), (karena) Sesungguhnya nafsu itu selalu menyuruh kepada keburukan, kecuali nafsu yang diberi rohmat oleh Tuhanku. Sesungguhnya Tuhanku Maha Pengampun lagi Maha Penyanyang.

Di samping itu juga, perlu kita ketahui bahwa perkembangan zaman akhir dengan modernisasi yang banyak menawarkan berbagai macam bentuk dan praktek kemaksiatan yang dihiasi dengan keindahan serta kenikmatan yang nyaris tak terkendalikan. Di sisi lain Alloh juga menciptakan makhluk yang bernama Iblis/Syetan, dan Alloh telah menetapkan bahwa Iblis/syetan itu sebagai musuh manusia yang jelas. Iblis/Syetan bersumpah akan selalu berusaha sekuat tenaga menggoda dan mempengaruhi anak cucu Adam sampai berhasil menjadi orang yang tidak bersyukur terhadap nikmat Alloh, dan kufur kepada Alloh. Sebagaimana firman Alloh Ta’alaa dal;am Al-Qur’an, Surat Al-A’roof, No. Surat: 7, Ayat: 16-17, yang berbunyi:
Yang artinya: “Iblis menjawab: "Karena Engkau (Alloh) telah menghukum saya tersesat, saya benar-benar akan (menghalang-halangi) mereka dari jalan Engkau yang lurus, kemudian saya akan mendatangi mereka dari muka dan dari belakang mereka, dari kanan dan dari kiri mereka. dan Engkau tidak akan mendapati kebanyakan mereka bersyukur”
Mengapa Kita Harus Melaksanakan Aqiqoh ?

Aqiqoh adalah salah satu ajaran agama Islam yang telah menjadi sabda Rosulullohi Shollallohu ‘Alaihi Wasallam dan telah dicontohkan oleh Rosulalloohi Shollallohu ‘Alaihi Wasallam yang disebut sunnah nabi, mengandung hikmah dan manfa’at positif yang dapat kita petik di dalamnya. Oleh karena itu kita sebagai ummat Islam yang sangat mencintai Rosulalloh Shollallohu ‘Alaihi Wasallam sudah selayaknya untuk melaksanakan setiap ajaran-ajarannya dan menghidup-hidupkan / melestarikan sunnahnya dengan konsekwen tanpa kecuali, termasuk melaksanakan Aqiqoh ini. Sebagaimana yang telah disabdakan oleh Rosulallohi Shollalloohu Alaihi Wasallam dalam hadits-hadits berikut ini:
1. Yang artinya: “Rosulullohi Shollalloohu Alaihi Wasallam bersabda: “Yang menyertai anak adalah Aqiqoh, maka mengalirkanlah darah (menyembelihkanlah) darinya dan membuanglah kotoran (mencukurlah rambut) darinya”. (HR. Bukhori, Nasa’i, Tirmidzi).

2. Yang artinya: “Barangsiapa yang menghidup-hidupkan sunnahku maka sungguh ia cinta kepadaku dan barangsiapa yang mencintaiku maka ia berada di dalam surga bersamaku”. (HR. Assajzi dari Anas).

Dan sebaliknya, didalam Hadits Shohih Bukhori Rosululloh Shollalloohu Alaihi Wasallam bersabda:
Yang artinya: “Maka barangsiapa yang membenci sunnahku maka ia bukanlah golonganku”. (HR. Bukhori).

2. Bagaimanakah Caranya ?

Supaya ibadah kita diterima oleh Alloh Subhaanahu Wa Ta’alaa sebagai amal sholeh kita yang Insyaa Alloh akan menjadi simpanan kita di akherat maka hendaklah semua ibadah kita termasuk aqiqoh ini kita sesuaikan dengan tuntunan Rosulullohi Shollalloohu Alaihi Wasallam baik masalah waktu pelaksanaan atau pun cara pelaksanaannya. Oleh karena itu penting bagi kita untuk memahami kembali makna Aqiqoh yang sebenarnya seperti yang telah diajarkan oleh Rosulallohi Shollalloohu Alaihi Wasallam, agar tidak salah dalam melaksanakannya. Seperti yang telah dijelaskan dalam hadits-hadits berikut ini:

1. Yang artinya: “Ahmad bin Muhammad bin Tsabit telah bercerita kepada kami (Abu Daud), Ahmad berkata: “Ali bin Husain telah memberi khabar kepada kami, Ali berkata: “Bapakku telah memberi khabar kepada kami, Bapak berkata: “Abdulloh bin Buroidah telah bercerita padaku, Abdulloh berkata: “Aku mendengar Abi Buroidah berkata: “Pada waktu kami masih keadaan Jahiliyah ketika salah satu kami anaknya lahir menyembelih kambing dan mengolesi kepala (anak) nya dengan darah kambing tersebut, tapi ketika Alloh telah mendatangkan Islam kami menyembelih kambing dan mencukur gundul rambut (kepala) nya serta mengolesinya dengan minyak za’faron (sejenis minyak wangi)”. (HR. Abu Daud No. Hadits: 2460).

2. Yang artinya: “Sesungguhnya Nabi Shollalloohu Alaihi Wasallam bersabda: “Diaqiqohi dari anak namun kepalanya jangan diolesi dengan darah”. (HR. Ibnu Majah).

3. Yang artinya: “Barang siapa yang mempunyai anak baru dilahirkan maka hendaklah ia beraqiqoh unta atau sapi atau kambing dari (anak) nya”. (HR. Thobrooni Fii Shoghir).

Yang artinya: “(Aqiqoh) dari anak laki-laki adalah 2 (dua) ekor kambing sedangkan dari anak perempuan 1 (satu) ekor kambing, tidak mengapa berupa kambing-kambing jantan atau betina”. (HR. Abu Daud).

No comments:

Post a Comment