Saturday, 26 February 2011

"MENGHADAPI COBAAN HIDUP"

Terkadang, hati kita merasa bimbang dan ragu, di dalam hati bertanya "Apakah saya ini benar sebagai hamba Alloh Ta'alaa yang dicintai, atau justeru sebagai hamba Alloh Ta'alaa yang dibenci?" Pertanyaan seperti itu seringkali muncul ketika kita sedang menerima atau sedang dihadapkan dengan berbagai macam cobaan, kalau tidak mau dibilang "sedang dirundung masalah". Serasa tidak ada habis-habisnya cobaan yang sedang menimpa kita, terus menerus silih berganti, sehingga hati kita bertanya-tanya "Cobaan apalagi yang akan Engkau berikan kepada kami, yaa Alloh?"

Mudah-mudahan dengan memiliki dan membaca tulisan kami yang sangat sederhana ini kebimbangan dan keraguan kita dapat terobati. Setidak-tidaknya sedikit dapat meringankan beban derita yang sedang kita alami. Apapun jenis cobaannya. Di dalam Al-Qur'anul Karim, Surat Al-Baqoroh, No. Surat: 2, Ayat: 214, Alloh Ta'alaa berfirman:
Yang artinya: "Apakah kamu mengira bahwa kamu akan masuk surga, padahal belum datang kepada kamu (cobaan) sebagaimana halnya yang pernah dialami oleh orang-orang terdahulu sebelum kamu? Mereka ditimpa oleh bahaya (malapetaka, perang) dan kemudhorotan (melarat, kesengsaraan), serta digoncangkan (dengan bermacam-macam cobaan) sehingga Rosul dan orang-orang yang beriman bersamanya, berkata: "Kapankah pertolongan Alloh akan datang?" Ingatlah, sesungguhnya pertolongan Alloh itu amat dekat (pasti datang)".

Demikian kata pasti yang tidak mungkin dapat diubah dan dirubah sebagai sunnatulloh, seseorang tak mungkin dengan mudah akan masuk surga tanpa ada ujian dan cobaan terlebih dahulu. Memang adalah sesuatu konsekwensi logis yang harus diterima oleh setiap insan tanpa pandang bulu, baik kaya maupun miskin, muslim maupun non muslim, mukmin maupun kafir kecuali si Raja Fir'aun, ialah hidup ini pasti penuh dengan penderitaan dan cobaan dalam berbagai bentuk; ada yang dicoba lewat diri (sakit-sakitan), ada yang dicoba dengan anak (anak bermasalah), masalah keuangan (tidak barokah), keluarga (tidak pandai mensyukuri nikmat) dll. Walau terkadang banyak juga yang menyenangkan. Tidak seorangpun bisa terlepas dari padanya. Kadang sehat, kadang juga sakit; sedih-senang, susah-gembira, sulit-mudah. Termasuk jodoh, rezeki, dan mati. Itu semua sudah ada suratan takdirnya, kita tinggal menjalaninya. Mengalir seperti air. Ada cobaan, mari kita hadapi bersama. Ada ujian, mari kita selesaikan dengan baik. Selama kita masih rukun, kompak, dan dapat bekerja sama yang baik, maka yang berat akan menjadi ringan, yang sulit akan menjadi mudah.

Seorang muslim akan merasa hambar hidupnya, tak enak; ibarat sayur kurang garam, apabila hidup ini tidak ada cobaan. Ibarat berjuang tapi tidak ada tantangan, kurang greget, pastinya.

Sebab seorang muslim meyakininya bahwa semua itu sudah menjadi ide kehendak Alloh Ta'alaa yang seharusnya kita merasa bangga dapat menjalani peran dari ide Alloh Ta'alaa. Skenario Alloh Ta'alaa semacam itu tak mungkin dapat kita hindari hanya dengan meratap tanpa berdo'a. Namun, kita harus merasa yakin dan percaya bahwa skenario Alloh Ta'alaa juga akan ada akhirnya (seperti telah diungkapkan dalam pepatah lama "Seterik-teriknya matahari pasti redup juga. Seganas-ganasnya ombak di lautan pasti akan reda juga"). Sebagai ilustrasi saja, menjalani peran sesuai skenario yang dibuat sutradara dalam sebuah Film menjadi orang miskin, cacat, sakit di rumah sakit tentu kita merasa happy. Mengapa? Karena, ada imbalan yang pantas akan segera diterima setelah menjalani peran itu selesai. Begitu juga setelah kita selesai menjalani ujian atau cobaan, pasti Alloh Ta'alaa memberi pahala dan mengangkat derajat kita lebih tinggi lagi. Oleh karena itu, setiap kali kita menghadapi ujian dari Alloh Ta'alaa, maka harus kita selesaikan dengan baik, dan setiap kali kita menghadapi cobaan-Nya, maka harus kita hadapi dengan khusyu', ikhlas, tawakkal dan bersyukur.

Karenanya, derita dan cobaan hidup sebaiknya kita sambut dengan nafas lega dan lapang dada sambil terus berserah diri kepada Alloh Ta'alaa dengan sepenuh hati, dengan keyakinan yang mantap dan percaya bahwa derita ini ditimpakan kepada kita tiada lain hanyalah "Alloh hendak menilai, siapakah yang benar (ucap dan sikapnya), dan menilai pula siapa mereka yang pembohong". Ungkapan tersebut dapat kita lihat dalam firman Alloh Ta'alaa dalam Al-Qur'an, Surat Al-Ankabuut, No. Surat: 29, Ayat: 3, yang berbunyi:
Yang artinya: "Dan sesungguhnya Kami (Alloh) telah menguji orang-orang yang sebelum mereka, maka sesungguhnya Alloh mengetahui orang-orang yang benar dan sesungguhnya Dia (Alloh) mengetahui orang-orang yang dusta".

Seorang muslim akan selalu mengupayakan agar ada keserasian antara ucapan dan tindakannya. Ia tidak mau menjadikan dirinya sebagai hamba Alloh Ta'alaa yang pendusta. Lantang dan lancar tutur lidahnya, juga lancang hati dan tindakannya, di kala coba dan derita datang menantang.

Seorang muslim dengan segala daya dan upaya akan berusaha dapat melalui cobaan dan derita itu dengan khusyu', sabar dan ikhlas serta tawakkal, sekalipun resikonya berat sekali terhadap diri pribadinya; lelah, capek. Capek badan, capek mikir, capek hati.

Dengan ujian dan cobaan maka akan tersisih antara yang tidak pandai dengan yang pandai, antara emas dan Loyang, antara besi dan karatnya. Yang jelas, Alloh Ta'alaa hendak membersihkan hamba-Nya dari dosa dan noda yang pernah dilakukan.

Mudah-mudahan dengan sabar, ikhlas, tawakkal, sholat hajat yang khusyu' serta tabah dalam menghadapi ujian dan cobaan hidup sekali di dunia ini, insyyaa Alloh cobaan dan ujian tersebut akan menghantarkan kita semua kearah kehidupan yang semakin mapan, lebih baik, yakni kehidupan yang indah, sakinah, mawaddah, warohmah, bahagia dan sejahtera. Amiin

No comments:

Post a Comment